10 Desember 2017

LDR Halal

Tidak sengaja melihat berita sekilas tentang pernikahan dua insan yang masih sangat muda di sebuah media sosial. Kemudian menjadi viral karena keduanya memang cukup terkenal karena hal-hal positif. Mereka adalah inspirasi bagi banyak anak muda (saat berita ini heboh). Lebih lanjut juga membaca bahwa mereka menikah dengan proses taaruf dan ternyata telah memutuskan untuk menjalani Long Distance Relationship. Oh- dalam hati saya berkata, selamat datang di dunia LDR halal, dek! Nantinya, akan banyak tantangan dan cobaan dan ujian - yang tentunya harus dijalani berdua. Hati boleh bersama, tapi wujud itu- terpisah. Disini... semua akan dimulai. 

Saya si pelaku LDR halal atau ada yang menyebutnya rumah tangga online ^^ Saya percaya pasti akan ada cobaan nantinya, tapi percaya diri saya besar bahwa semuanya tak akan sulit karena saya dan suami memang terbiasa sendiri sebelumnya. Lagipula, belum banyak kenangan bersama sebelum menikah, sehingga yang saya pikir tak akan banyak yang dirindukan dan kehilangan. Lima hari saja kami bersama setelah pernikahan, kemudian berpisah karena masing-masing harus menyelesaikan studi, sama seperti kedua adik ini. Bedanya, kondisi finansial kami tidak membuat kami mudah bertemu sesuka hati. Tiket pesawat, visa, dll - kadang, pernah, dan selalu menjadi kendala ^^ hingga saat ini.

Setiap orang punya alasan masing-masing untuk menikah. Setiap orang punya alasan masing-masing ketika memutuskan untuk LDR setelah menikah. Dan setiap keputusan yang diambil selalu diikuti konsekuensinya. Tak sama. Oleh karenanya, hanya kita yang bisa menyelesaikan. Bukan orang lain. 

Lalu menyayangkan ketika beberepa bulan setelah menikah menyebar kabar yang tak di inginkan. Saya bukan orang yang kepo sama urusan orang. Heu- saya juga punya banyak kepentingan yang harus dipikirkan daripada ngurusin rumah tangga orang lain. Tapi entahlah, untuk yang satu ini saya tiba-tiba ingin menulis, karena saya pelaku LDR halal. Sedikit banyak tau masalah apa yang akan muncul.

Kunci sehatnya LDR adalah komunikasi dan kepercayaan. Ketika sebuah hubungan normal membutuhkan ini, maka LDR membutuhkannya lebih dan lebih. Dosisnya harus lebih dari hubungan normal (bukan LDR). Ujian terbesar LDR adalah rindu, meski kamu belum membuat banyak cerita dengan pasanganmu. Rindu akan muncul tanpa alasan. Menusuk. 

Dua puluh tujuh bulan sudah kami menjalankan LDR. Berat, sangat berat. Tapi Alhamdulillah -  Atas Izin Allah, kami bertahan, Insya Allah terus bertahan, karena kami ingin bersama disini dan disana, Jannah (Aamiin). Sebenarnya semua masih bisa normal dalam beberapa hal. Bicarakan, Diskusikan. Buang jauh ego. Karena sesungguhnya LDR kita yang pilih. Itu yang selalu kami ingat. 

Rumah tangga itu tentang aku dan dia. Maka, cerita apapun biar disimpan berdua - heu, meski saya akui kadang jari ini gatel buat ngetik dan upload di medsos untuk sekedar kasih tau : im fine or im not fine. Tapi seriusan, tak perlulah orang dan media turut serta.

Baiklah, kepada para pejuang LDR halal... Ini tidak mudah, tapi kamu yang terpilih. Semoga LDR segera berlalu yaa~ 


Seoul 10.12.17   10.30 PM