25 Desember 2018

Apply KGSP- Perlu Ngehubungin Prof Dulu?

Dear kamu-kamu yang sedang semangat berburu beasiswa khususnya KGSP, saya mau sedikit sharing dari pengalaman saya yaa-

Jadi banyak email yang masuk menanyakan dan mengeluhkan tentang ga punya kenalan professor. Hey guys, kamu ga perlu hubungin prof dulu. Langsung apply aja. Kenapa? Karena punya kenalan Prof juga ga ngaruh. Loh kok bisa?

Jadi yaa- ujung dari keputusan diterima atau tidak itu dari KGSP nya langsung, bukan dari Prof. Meskipun kamu dinyatakan lulus oleh kampus yang kamu pilih, tapi belum tentu lulus KGSP nya.

Waktu saya apply, saya ga punya kenalan Prof sama sekali. Langsung apply aja gitu. Sementara itu, teman saya punya kenalan dengan Prof dan sering banget email-email-an sampai si Prof kasih surat rekomendasi buat next step (ke KGSP nya). Dan hasilnya, teman saya ga lulus. Padahal udah ngobrolin research sana-sini. Tapi yang pasti guys, Allah Maha Menentukan.

Jadi, jangan pesimis duluan kalau ga punya kenalan Prof. Coba aja! Lagian ya, Prof disini super duper sibuk buanget. Email mahasiswa nya aja yang mau ngobrolin research dibalas 2 bulan, 3 bulan atau bahkan 1 tahun kemudian (ini berdasarkan pengalaman). Apalagi yang baru mau apply- logikanya sih gitu.

So.. semangat apply genks meski tanpa kenalan Prof ^^


Korea  25.12.2018 / 10.00 PM

13 Oktober 2018

(Kuliah) Master Degree di Korea

Bismillah,
Tulisan kali ini tentang gambaran bagaimana kuliah di luar negeri, khususnya Korea Selatan. Ditulis berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman di sini yang saya ketahui. Semoga bermafaat yaa buat kalian yang berniat mau kuliah di Korea Selatan.

Saya berkuliah di salah satu kampus terbaik di Korea, termasuk top 3 dan jadi incaran banyak orang. Sebelumnya, saya ga tau kalau kampus saya se-wah ini. Maksudnya? Kalau orang korea tanya saya kuliah dimana, dan ketika saya jawab nama universitasnya, mereka akan dengan sangat berlebihan (dibaca : lebay - menurut saya) menjawab : daebak! (adalah ekspresi untuk menyatakan hebat, luar biasa, gileeee- gitulah kurang lebih). Kenapa mereka begitu? Karena konon katanya masuk sini susah, keluarnya susah, dan alumninya kebanyakan jadi orang-orang hebat, khususnya di negara Korea. 

Saya? Saya mah keterima beasiswa di luar negeri aja udah Alhamdulillah banget. Ga gitu mikir univnya apa. Yang penting mah niat belajar. Heu ^^

Kita mulai -

Semeter satu,
Akan ada orientasi kampus. Eits, tenang dulu- orientasi di sini berkelas, ga pake acara disuruh bawa tas kantong terigu, kuncir rambut tujuh warna, sepatu tali rapia dll nya yang sering terjadi di negara kita, ampe ada sekdis dan angels hahaha (cung yang ngalamin?). Semoga sekarang udah ga begitu yes. Lanjut, orientasi di sini ngebahas tata cara atau prosedur perkuliahan, semacam berapa sks yang harus diambil, bagaimana penulisan thesis, bagaimana kalau harus cuti kuliah, dll nya. Orientasi disampaikan dalam dua bahasa, English dan Korean. Kemudian, akan dilanjutkan jalan-jalan keliling kampus, ngenalin gedung-gedung dan ruangan-ruangan penting di kampus. 

Di semester satu ini kamu akan dikasih dosen pembimbing. Entah pertimbangannya apa, tapi department yang menentukan. Biasanya, dosen pembimbing akan mengundang kita untuk perkenalan dan obrolan ringan mengenai peneliatan apa yang akan dilakukan di akhir perkuliahan. Kalau ga cocok? Boleh banget ganti, tapi nanti- pas masuk semester dua. Dan yang saya suka, disini serba online, ganti dosen pembimbing pun online. Tapi tentunya, atas sepengetahuan dosen pembimbing dan calon dosen pembimbing. Biasanya kedua dosen ini akan saling menghubungi. 

Oia, untuk master degree disini kita harus ambil minimal 24 sks. Idealnya, di akhir semester tiga kita sudah harus menyelesaikan 24 sks tersebut. Semester empatnya tinggal penelitian aja. Buat saya, semester pertama cukup mengagetkan- hampir setiap pertemuan harus bikin response journal. Dan jurnal-jurnal tersebut akan dibagikan di akhir semester beserta nilai yang terpampang nyata di jurnal ituh hohoho ^o^

Semester dua, 
Semester dua biasanya udah mulai bisa beradaptasi. Nah- tentang gimana pilih mata kuliah, di sini kita bebas pilih mata kuliah yang kita mau. Kalau di Indonesia kan kebanyakan ambil mata kuliah yang sudah ditentukan ya. Jadi kelas satu dan kelas lainnya teh orangnya sama aja. Kalau di sini, kelas satu dan kelas lainnya orangnya beda-beda karena minatnya beda-beda. Jadi, agak susah punya sahabat yang benar-benar dekat. Kelas terkecil yang pernah saya ikuti berjumlah 5 mahasiswa saja (horor banget ini haha), dan kelas terbesar sekitar 15-20 mahasiswa.

Tugas bikin jurnal-jurnal masih akan tetap ada di semeter dua ini. Oia, ditambah presentasi ya- lumayan bejibun presentasinya. Tapi jangan khawatir, setiap ending dari presentasi akan ada feedback dari prof nya. Heu- soalnya ada kan yaa yang nugasin presentasi, trus kelar presentasi udah langsung pulang aja, heu.

Tentang presentasi dan tugas kelompok- saya mau cerita sedikit. Berdasarkan pengalaman, waktu saya tinggal di kota kecil (bukan Seoul), teman-teman korea akan sangat ramah di ajak belajar bareng atau keluar buat diskusi. Tapi tidak di Seoul. Saya merasa orang-orang Seoul sangat individual sekali. Kalau di lingkungan kampus, mereka lebih suka ngerjain tugas masing-masing wlopun judulnya tugas kelompok. Biasanya tugas di bagi-bagi, dikumpulkan di satu orang melalui email, kemudian disatukan hasilnya. Buat saya sih ini engga banget ya. Tapi ya udah- mungkin mereka ada kesibukan lain.

Eits, ada yang penasaran tentang mahasiswa-mahasiswanya? Nah, klo angkatan saya itu 75% orang korea dan sisanya orang asing. Tapi seriusan, hampir 90% dari total mahasiswa korea angkatan saya, semuanya lulusan luar negri macam amri dan ostrali. Jadi guys, jangan tanya bahasa Inggris mereka gimana! Karena saya akan bilang, ngeri!

Semester tiga,
Di awal semester tiga ini kita disarankan udah harus ambil comprehensive exam. Untuk kampus saya, syarat untuk mengikuti exam ini adalah mahasiswa yang sudah menempuh setidaknya 18 sks. Nah, penting nih buat bikin plan dari awal kuliah, tentang berapa sks yang harus di ambil biar kuliah lulus tepat waktu. Kenapa? karena comprehensive exam ini hanya ada di awal semester dan termasuk syarat untuk bisa ujian sidang. Kalau gagal exam? Harus nunggu semester depan buat ikutan lagi. Heu- jadi mahasiswa disini mati-matian belajar buat exam yang satu ini. Kebayanglah yaa.. satu subjek mata kuliah yang kita pelajarin harus di ujikan dalam waktu 2 jam. Ha! Tambah menyeramkan kalau subjeknya kita pelajari di semester satu, lewat semester dua, dan semester tiga harus diujikan. Ha! Bongkar file lama. PR banget.

Ketentuan comprehensive exam:
Master degree student harus ambil 3 subjek, sementara Doctoral degree student harus ambil 4 subjek. Tiap department punya kebijakan masing-masing. Di department saya, mahasiswa hanya boleh ambil 2 subjek untuk setiap semester. Simplenya gini, di semester 3 ambil 2 subjek buat exam, dan di semester 4 ambil 1 subjek lagi. Buat saya, exam ini adalah exam terhoror selama kuliah- karena ini menentukan nasib kapan bisa ujian sidang.

Lalu, subjek apa saja yang boleh di exam kan?
Nah, untuk master degree student gini : 2 subjek fokus kamu, dan 1 subjek harus diluar fokus kamu. Misal, saya kan fokus nya ke literature. Jadi, saya harus ambil 2 subjek literature dan 1 subjek non-literature. Waktu itu saya ambil linguistik. Rasanya luar biasa ketika 'dipaksa' harus ujian satu subjek yang bukan saya banget. Mau nangis rasanya. Share aja- dulu subjek yang saya ambil adalah studies in teaching through literature, teaching English through picture books in EFL, dan seminar in second language pragmatics.

Ujiannya gimana sih?
Jadi, satu ruangan itu kan ada beberapa mahasiswa yang ikutan- nah, ga semua mahasiswa ini pilih subjek yang sama. Jadi ga mungkin banget lah yes buat contek mencontek atau ngintip-ngitip jawaban anak depan atau sebelah wkwkw. Seingat saya, satu subjek itu 2 jam. Jumlah soal antara 3 - 10 soal, tergantung prof yang bikin soalnya. Dan yang unik adalah, lembar jawaban dibikin sedemikian rupa biar saat periksa prof ga tau itu punya siapa. Jadi benar-benar bersih dan adil. Jadi ga ada deh cerita karena dekat sama Prof bakal dikasih score gede karena Prof sendiri ga tau itu punya siapa aja dan siapa aja yang ikut exam dia. Oia, score yang dinyatakan lulus adalah score 70 keatas. Dulu, ada teman saya yang dapat score 67 dan huhuhu.. harus ngulang next semesternya. Sadis kan. Sedih banget pasti. Saya juga ngerasain. Alhamdulillah saya lulus untuk 2 exam literature dengan nilai yang saya sendiri ga percaya, Alhamdulillah banget, hampir nyundul 100. Tapi, saya gagal di exam linguistik dan ini jadi salah satu penyebab saya ga bisa lulus tepat waktu TT. Ini episode paling pait selama kuliah. Dunia berasa runtuh karena harus nambah semester cuma buat nunggu exam, sementara jatah beasiswa ga nambah. Ups- curhat dikit!

Oia, untuk ujian compre ini beda-beda ya tiap kampus. Tapi hampir bisa dipastikan setiap kampus ada. Bedanya gimana? Jadi, ada kampus yang memperbolehkan mahasiswanya untuk open book saat exam, ada yang exam nya lewat email jadi dikerjain di rumah, ada yang katanya asal jawabnya panjang dilulusin, ups! Kampus saya? ga ada acara open book.

Semester empat, 
Semester empat ini udah ga ada perkuliahan. Cuma cerita nongkrong di perpus dan sekitarnya. Haha! Tapi boleh lah ya saya cerita lainnya tentang syarat lulus. Kalau di kampus saya, syarat lulus harus :
- Lulus comprehensive exam (3 subjek untuk master, dan 4 subjek untuk doctoral)
- Punya sertifikat TOPIK level 4 yang masih berlaku atau kalau ga punya harus ikut kelas bahasa korea pas summer vacation atau winter vacation. Tentunya harus lulus juga. Btw, TOPIK ini semacam TOEFL tapi untuk bahasa korea nya ya ^^
- Lulus exam bahasa Inggris yang di bikin kampus (ini untuk department tertentu)
- Punya sertifikat IELTS minimal score 6 (untuk department tertentu)
- Sudah publish minimal satu jurnal (khusus untuk doctoral).

Nah, klo itu semua udah komplit baru boleh ikut ujian sidang. Penasaran sidangnya kayak gimana? Klo banyak yang komen saya lanjutkan. Klo ga ada ga saya lanjutkan, Haha.. panjang-panjang nulis ga ada yang baca kan syedih yes.

Hey kamu-kamu, pokoknya semangatlah. Jangan sering bersuara pengen kuliah di luar negeri tapi bentar-bentar ngeluh : ini gimana ya, itu gimana ya, susah eunk! Apalagi klo ada yang ngeluh : kak, isi formulir beasiswanya gimana sih? aku ga ngerti bahasa Inggrisnya. (Helow!) Ini baru formulir, belum jurnal-jurnal seabrek yang harus kamu baca nanti pas kuliah. Karena seriously, kuliah di luar negeri itu sendiri dan benar-benar sendiri. Ga ada deh cerita nge-genk dan ngerjain bareng. So, -apalagi atuh ya- semangatlah. Lurusin niat dan minta sama Allah.


Sekian,
Semoga bermanfaat ^^


Hollys Coffee, Ilsan 13.10.18

16 September 2018

Rindu

Aku Rindu Apa.


Ilsan  16.09.18   08.23 PM

Bagaimana-

Bagaimana kalau ia merindukan masa lalu yang kamu anggap sebuah ketidakdewasaan?
Bagaimana kalau ia menyukai hal-hal yang kamu bilang sia-sia?
Bagaimana kalau ia merasa bahagia dengan sesuatu yang kamu bilang 'ngapain sih,"?

Bagaimana kalau ia merasa sedang tidak bahagia dengan sesuatu yang kamu bilang seperti ini seharusnya?
Bagaimana kalau ia rindu masa lalu dan sementara kamu tidak ingin seperti masa lalu?

Jangan bungkam mulutnya-
Tanyakan apa yang bisa membuatnya bahagia.

Karena bahagianya seharusnya prioritasmu.
Mungkin seperti itu harusnya.


Ilsan  16.09.18    08.18 PM

Gelap. Sangat Gelap.

Apakah saya tipe pendendam?

Seseorang datang dari masa lalu.
Sesorang yang sudah melempar tinta hitam di kacamata saya sehingga dunia pernah terasa begitu gelap. Ia datang untuk beberapa detik kemudian pergi. Bisa jadi ketidaksengajaan, atau ...

Dari sekian detik, kamu menarik ku jauh ke belakang - merasakan pahitnya itu. Kurasa kau tidak akan pernah hadir lagi dalam tulisanku, ternyata...

Jangan pernah datang wahai kamu- yang pernah aku gelari sahabat, di masa lalu.

Apakah saya tipe pendendam?
Entahlah- yang pasti saat itu gelap. Sangat gelap.


Ilsan  16.09.18   07.41 PM

25 Agustus 2018

Korea dan Alarm

Hari Sabtu lagi guys! Waktunya menulis!
Mau cerita nih tentang korea dan alarm nya. 

Tanggal 23 kemaren dihebohkan dengan berita bahwa akan ada angin Topan melanda Korea Selatan. Sebenarnya berita ini mulai menyebar sekitar tanggal 21 Agustus. DIkabarkan bahwa angin ini dari Jepang dan sedang menuju Korea dengan rute terlebih dahulu melewati Jeju baru Seoul. 

Ini bukan hoax, karena memang pemerintah Korea mengumumkannya di beberapa media. Dan ini kerennya Korea, selalu ada peringatan dini untuk masyarakatnya. Jadi masyarakat pun tau apa yang harus dilakukan. 

Isi beritanya kurang lebih tanggal 22 malam akan hujan besar. Lalu esok dini harinya jam 3 pagi akan ada angin topan yang cukup besar melanda Seoul dan sekitarnya. Lalu kemudian berita berubah, katanya angin topan ga jadi jam 3, tapi jam 6 pagi. Begitu berita yang saya dapat dari teman-teman dan media-media. 

Lalu? Lalu sebagai antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang buruk. Beberapa sekolah di liburkan. Beberapa kantor pun memperbolehkan karyawannya untuk datang telat setelah cuaca membaik, atau bahkan memperbolehkan karyawannya untuk tidak masuk kantor. Seperti di tempat saya kerja, Boss menyuruh kami untuk pulang cepat tanggal 22 dan memperbolehkan untuk tidak masuk demi keamanan. 

Tanggal 22 sore semua handphone sekorea berdering, ada SMS masuk dari pemerintah. SMS peringatan dini tentang angin topan ini. Tapi mungkin hanya hape saya yang ga bunyi, karena hampir 2 bulan ga di isi pulsa wkwkkwkw... jadi sms apapun ga bisa masuk. Maapkan! 

Jam 5 pagi saya bangun, pastilah khawatir dengan berita itu. Sambil melihat kearah jendela, sambil saya buka website berita korea. Ga ada kabar terbaru, hmm.. atau mungkin mata saya ga awas karena masih setengah sadar. Tidur lagi lah saya. Jam 8 pagi saya hubungi teman korea saya untuk tau update beritanya, dia bilang rute angin topan berubah- ga akan mampir ke Seoul. Lebih lanjut, dikabarkan bahwa anginnya mulai melemah. 

Teman Indonesia saya menambahkan informasi yang saya dapat. Dia bilang, angin topan ga akan datang karena kita punya tolak angin. Hahaha... bukan iklan. Lagi panik jadi ketawa karena becadaan teman. 

Sekian cerita minggu ini. Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT.
Terima kasih Allah, angin topan ga jadi mampir :)

Ilsan 25.08.18   02.31 PM

19 Agustus 2018

Sekolah Dasar Jaman Saya

Karena kita tidak sempurna,

Terima kasih kepada sahabat yang baru saja menelpon dan menceritakan kekhawatiran tentang anaknya. Terima kasih karenanya, saya ada bahan untuk menulis ^^

Saya merasakan bagaimana tertekannya ketika duduk di sekolah dasar. Bayangkan, baru tingkat sekolah dasar tapi sudah tertekan- bukan satu hal, tapi banyak hal. Dan kini, anak dari sahabat saya sekolah di tempat yang sama dengan saya dulu hihihi ^^ 

Jadi, sekolah itu ada sekolah negeri favorite di kota saya. Hampir tiap tahun, nilai NEM (Nilai Ebtanas Murni, istilah jaman dulu) atau ujian nasional (istilah jaman sekarang, ya kan?) tertinggi selalu di raih oleh siswa dan siswi dari SD ini. Bukan hanya juara 1, terkadang seringnya juara 2 dan 3 di raih oleh siswa-siswi sekolah ini. 

Tentunya ini sebuah keberhasilan. Dari sinilah, orang tua berbondong-bondong ingin memasukan anaknya ke sekolah ini. Banyak yang diterima, namun banyak juga yang ditolak karena kuota dan kemampuan anak yang dirasa kurang. Definisi berhasil saat itu adalah ketika siswa berhasil menjadi juara dengan nilai yang tinggi. Dan mungkin, definisi itu belum bergeser dan masih berlaku saat ini. Tapi tahukah kalian, bahwa sejumlah anak menderita dengan mimpi-mimpi yang kalian ciptakan dengan egois, wahai para orang tua. 

Izinkan saya bercerita tentang kisah saya di sekolah elit dan favorite ini. Saya sebut elit karena sekolah ini sekolahnya orang kaya- semua orangtuanya berduit. Mudah rasanya untuk sekolah mengumpulkan sumbangan-sumbangan untuk kegiatan ini itu dan pembanunan ini itu. Yang saya ingat, banyak teman sekelas saya yang membawa mainan bagus ke sekolah. Mainan yang harganya fantastik. Ga sedikit mainan-mainan itu dibeli dari luar negeri. Ingat saya, saya ga pernah punya mainan itu. Mau pinjem aja rasanya takut. Takut lecet dan ga bisa ganti. Sembilan puluh lima persen anak yang sekolah disitu dijemput dengan supir pribadi atau paling tidak ikut mobil jemputan. Ingat saya, saya selalu naik angkot yang harus jalan dulu ke pangakalan- kadang di jemput mamah naik motor honda 70 warna merah :)

Saat istirahat, anak-anak orang kaya itu bawa bekal makanannya sendiri dengan kotak makan yang bagus. Ingat saya, saat jam istirahat saya mengeluarkan plastik hitam yang isinya cemilan-cemilan untuk di jual. Beberapa cemilan saya (dan keluarga) bungkus satu-satu malam harinya. Perbedaan ekonomi jadi salah satu tekanan. Iri rasanya. Kapan bisa punya mainan bagus, kapan bisa naik mobil bagus, kapan bisa bawa bekel pake tempat makan bagus, kapan punya sepatu bagus. (Kok ya jadi sedih nulisnya TT). Lalu, mereka yang berkecukupan kebanyakan ikut kelas tambahan, yang artinya punya kesempatan lebih untuk belajar. 

Hal lain yang saya ingat, buku-buku yang buanyak dan berat. Ngeri ngebayanginnya- kalau boleh lebay, mungkin pundak saya sedikit bungkuk saat ini akibat buku-buku itu. Lalu teman-teman saya? kebanyakan dari teman-teman saya memakai tas yang ada roda nya. Udah pakai roda, dibawain pula oleh supir pribadi nya atau supir jemputan. Tas saya dulu, tas biasa yang magnet kaitannya rusak. Hihihi... sedih. 

Dan situasi seperti ini konon katanya masih berlangsung sampai saat ini dan lebih mengerikan lagi. Tidak jarang pembelajaran menggunakan laptop. Anak-anak bawa laptop ke sekolah. Iyes kalau orang tua mereka mampu- kalau engga? Belum lagi pelajaran yang lebih sulit kalau dibanding sekolah lain. Bagus siih- tapi anak-anak jadi terbebani yang efeknya si anak harus ikut les sana-sini biar ga ketinggalan. Dan ini terjadi pada anak sahabat saya. Mendengar ceritanya membuat saya teringat masa lalu hihihi.. masih aja ya. Pernah teman saya tanya soal matematika ke saya, soal anak kelas 4 SD. Susah, saya nyerah. Saya kasih adik saya yang jago itung-itungan. Dia bingung. Saya kasih teman saya, dosen matematika. Dia butuh waktu untuk mengerjakannya. Hahaha.. bayangkan sodara-sodara betapa stressnya anak. Sekolah mulai jam 6 pagi, selesai jam 2 siang. Istirahat satu jam, kemudian mereka harus les lagi sampai jam 5 sore. Pulang ke rumah, mandi, ngaji, makan, ngerjain PR. Aktivitas berulang dari senin-sabtu.

Btw, saya sekolah di sekolah elit ini dari kelas 3-6. Sebelumnya saya sekolah di sekolah lain, dimana kebanyakan anaknya pakai plastik supermarket buat tas sekolahnya. Saya ngalamin juga pakai kresek buat tas sekolah (klo ga salah, lupa-lupa inget). Tapi it was fun, semua pakai kresek, pulang bareng jalan kaki. Ga ada gap ekonomi. 

Saya belum jadi orang tua, tapi saya pernah jadi guru. Saya tau hal-hal seperti ini mengambil waktu main mereka sebagai anak-anak. Belum lagi ketika metode pengajarannya membosankan. 

Di sini tugas orang tua. Please, jangan buat anak-anak kalian stress dan tertekan dengan mimpi-mimpi egois kalian. Ajak anak bicara, apa yang mereka mau, apa yang membuat mereka senang. Tugas kita mengarahkan, menemani, bukan memaksa. Peace!

Dan teman saya kini khawatir, sering nangis mikirin anaknya yang masih susah ngikutin. Anaknya kelas satu SD. Ketika ia bandingkan materi pembelajaran dengan SD lain. Wow! Jauh berbeda, jauh lebih sulit. Menurut ceritanya, banyak anak yang nangis di kelas karena ga bisa ngerjain soal. Banyak juga anak yang bengong liat papan tulis dan buku. Bingung harus ngerjain apa. Apa yang kamu pikirkan dengan kondisi yang seperti ini? Sedih siihh saya mah TT

Hahaha.. maafkan tulisan yang tidak terstruktur ini. 

Semangat nemenin anak menghadapi dunia yang luar biasa ini!
Semoga saya cepet punya anak! Aamiin!

Ilsa, 19.08.2018   09.57 PM

28 Juli 2018

Setelah sekian lama

Setelah sekian lama...
Akhirnya bisa duduk manis santai di cafe tanpa harus bawa tugas serius ke sini. 
Rasanya? Bahagia, senang, dan nyaman. Sambil minum, sambil menulis yang ringan ini itu.
Menyalurkan kesenangan yang harus ditunda karena kewajiban yang lain.

Masih sama dan mungkin akan selalu sama, coffee mocha sudah siap menemani beberapa jam kedepan. Dan laptop mungil sudah menunggu lama untuk dimainkan dengan sederhana. 

Diluar sana hujan cukup deras. Bahagia bertambah. Setelah sekian lama Seoul diselimuti panas luar biasa. Akhirnya, disiram air langit. Alhamdulillah. 

Berbicara tentang panas. Apa yang kalian lakukan untuk menahan panas di hati? Bukan ke benci atau iri, tapi lebih ke gemas karena itu salah. 

Saya, bukan orang yang pandai menahan panas. Tipikal jujur (berusaha membela diri kkk). 
Jatuhnya, wajah saya jutek atau saya pergi meninggalkan ia, mereka atau lingkungan yang salah. Mencoba mendamaikan hati. Kan- jadi curhat. Bebaslah yaa.. blog saya. 

Akhir-akhir ini lagi jenuh banget sama rutinitas kantor. Tapi harus tetap bertahan karena beberapa hal yang saya pikir untuk kebahagiaan banyak orang. Sampai kemudian saya bertanya: apakah saya bahagia dengan ini?


Hollys Ilsan, 28.07.18   11.12 PM


03 Mei 2018

Ramadhan Datang ^^

Ramadhan segera datang. 
Masha Allah, seluruh umat muslim di duni merindukan datangnya ramadhan. 
Selalu menyambutnya dengan suka cita dan penuh syukur. 

Ada bahagia bercampur sedih. 
Ramadhan tahun kemaren, ramadhan dua tahun kemaren... Iya, di setiap ramadhan saya berdoa semoga ramadhan taun depan saya sudah pulang ke Indonesia dan berkumpul bersama keluarga. Tangisan dalam sujud. Masih teringat. Taraweh sendiri. Sahur sendiri. Buka puasa sendiri. Masha Allah. Dan semua kehendak Allah, sepertinya harus sendiri lagi ramadhan tahun ini. 

Allah. 
Semoga kita semua bertemu ramadhan dalam sehat penuh syukur. 
Aamiin. 


Hollys, 03.05.18   07.54 PM


01 Mei 2018

Tentang Kepemimpinan

Dan setiap dari kita adalah pemimpin. Pemimpin untuk tubuh, hati dan pikiran ini.

Tulisan kali ini tentang kepemimpinan. Pernah jadi pemimpin dari beberapa orang atau kelompok? Bagaimana rasanya? Saya sedang berada di bawah kepemimpinan beberapa orang. Benar saja, mengevaluasi orang lebih mudah daripada mengevaluasi diri sendiri.

Tapi seharusnya proses itu menjadi pembelajaran untuk diri saya, - yang semoga bisa juga jadi pembelajaran untuk yang sudah bersedia membaca tulisan ini hihihi ^^

Menjadi seorang pemimpin itu seharusnya menyenangkan. Jadi orang yang dipimpinnya merasa senang dan tenang ketika melakukan pekerjaannya. Ini untuk ranah pekerjaan ya. Menjadi pemimpin bukan melulu apa kata diri selaku pemimpin. Tapi yang harus di ingat adalah suara mereka yang kalian pimpin. Jangan egois, jangan keras kepala. Jangan melulu mengevaluasi orang-orang yang kalian pimpin, tapi cobalah sesekali bertanya pada mereka tentang gaya kepemimpinan kalian. Khawatirnya ada yang tersakiti dan merasa diperlakukan tidak adil. Ingin bersuara tapi tidak memiliki ruang dan waktu. Tanyalah, apa yang harus saya perbaiki dari cara saya memimpin. Suasana akan lebih hangat.

Lalu, menjadi pemimpin keluarga - dear para suami, pernahkah bertanya pada istri anda, bahagiakah ia denganmu; sudah tepatkah gayamu dalam membimbingnya; sudah baikkah caramu memimpin keluarga ini. 

Dan tentang kita yang memimpin tubuh, hati, dan pikiran ini- bercerminlah... tanya apa yang mereka butuhkan.

Sekian. Saya mau lanjut nugas.

Hollys Cafe. 01.05.18   09.48 PM 

28 April 2018

Gateeeelll TT

Baiklah,
Semenjak menikah ada aturan-aturan yang harus saya patuhi, seperti:
1. Ga boleh posting or upload musikalisasi puisi karya saya lagi di medsos, dengan suara saya tentunya. Inilah alasan semua musikalisasi saya di medsos di hapus atau private setting.
2. Ga boleh posting or upload video gila-gilaan atau iseng-isengan saya lagi.
3. Ga boleh tulis curhat-curhatan lagi di medsos (hahaha.. tulisan ini curhat ga ya?)

Daaaaannn saya gateeeeelll... terutama sama yang nomer satu. Hadjuuuuhh... patuh itu susah-susah gampang tapi da wajib. Ga ada alesan ngelanggar sih klo inget sama alasan kenapa ga diperbolehkan. Iyes- karena semua dipertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah. "Aku harus bilang apa sama Allah kalau membiarkan istrinya mengumbar suara-suara dan video-video di medsos?" - kurang lebih begitulah. Kan serem juga. 

Tapi saat-saat seperti ini ... sepi, sendiri, dan bosan, bikin saya punya segudang ide buat bikin musikalisasi puisi. 'Kenapa ga bikin aja terus koleksi sendiri?' - Nah, ga seru aja klo dinikmatin sendiri. Kan seru nya kalo dikasih masukan dll. Seru-seruan sama yang lain. 'Nah lhoooo~ niatnya apa? Biar di denger orang? Di puji orang?' Hihihi... ampuuun TT. Kaannn...

Udahan ah.
Takutnya ujung-ujungnya curhat (udah ya?) ^^v

Seoul 28.04.18   10.39 PM

22 April 2018

Tentang Bau

Selamat hari Minggu dari Seoul yang udah gerimis aja dari Shubuh,

Lalu, ada cerita apa tentang bau dan minggu? Hihihi... Sebenernya ga ada hubungannya sih. Cuma pengen cerita aja tentang bau yang semoga bisa diambil pelajarannya. Lho? Maksudnya?

Jadi, disini saya bekerja paruh waktu di salah satu perusahaan yang di dalamnya buanyak banget orang asingnya. Singkat cerita ruangan saya pindah, dari yang tadinya satu ruangan dengan tim kerja tetapi harus pindah ke ruangan besar dimana semua tim kumpul di situ. Dan, bertetanggalah meja kerja saya dengan satu tim, sebut saja tim dari negara X. 

Winter berlalu dan musim semi jelang panas datang. Sudah dari dulu memang salah satu anggota tim negara X sepertinya memiliki masalah dengan bau badan, semakin menyerbak bau nya karena faktor cuaca. Dan saya, teman saya merasa sangat terganggu karena letak meja kami memang benar-benar dekat. Sedikit saja dia bergerak pasti bau nya langsung menyebar dan menusuk. Apalagi kalau dia datang ke meja saya untuk bertanya sesuatu. Seriously, kerja ga fokus dan saya yang sensitif dengan bau-bau-an suka mau muntah. Pernah satu hari saya ga bisa masuk ruangan dan memilih menghirup udara segar di luar kantor beberapa menit (semacam membawa bekal udara baik sebelum masuk ruangan). Karena emang beneran bau nya bikin mau muntah. Bagaimana saya harus menjelaskan bau itu? Hmmm... seperti bau ketek dan keringat yang amat sangat berlebih. 

Alhasil setiap hari saya memakai masker di ruang kerja dan menyalakan kipas angin kecil yang khusus saya letakan di meja kerja saya. Percayalah, pagi-pagi ruangan kantor masih amat sangat segar, tapi ketika dia datang semua berubah. Nyalain AC? Udah banget. Udara sedikit lebih segar tapi sayangnya beberapa teman yang posisi meja nya dekat dengan AC mengeluh kedinginan. Serba salah. Sampai pada suatu hari teman saya mengeluhkan hal ini ke boss. 

Tara-taraaa... kalian tau apa yang terjadi? Dengan bicara jujur tanpa ditutup-tutupi Boss bilang ke orang tersebut kalau dia sepertinya punya masalah bau ketek. Dan sambil menjelaskan sambil boss menunjuk ke arah ketek dengan harapan dia mengerti apa yang Boss sampaikan. Iya, karena bahasa Korea dia yang sangat limited sekali heu. Setelah diberi tahu, siangnya dia pergi membeli wangi-wangian, dan yang ia beli adalah lilin aroma terapi. Percayalah, tidak ada yang berubah heu. Dan ia hanya menyalakan lilin itu selama dua hari saja. Btw, sebelum ia beli lilin, boss udah beli aroma terapi yang dipasang di dekat pintu masuk kantor. Ada dua. Saya culik satu dan saya letakan di meja kerja saya demi kehidupan saya yang lebih baik hahaha... Dan ga ngaruh! 

Kemaren, bau nya udah bikin saya hampir menyerah dan memutuskan masuk ruangan boss bahwa ini adalah masalah serius. Tapi, saya ga tetep ga berani. Keluarlah dia, ke toilet sepertinya. Langsung saya semprot pewangi seisi ruangan. Dan teman-teman saya yang dari negara lain tertawa. Hmm.. apakah mereka paham? wkwkw... Dan benar saja, setelah itu tanpa direncanakan kami berkumpul di dapur kantor. Kita semua mengeluhkan bau badannya. Ternyata oh ternyata, baunya sampai ke ruangan tim sebelah. Serius, ga bisa dibiarkan. Satu teman kasih saran buat beli arang, karena arang bisa menyerap bau-bau-an (benarkah?). Tapi yang pasti esoknya saya dan teman langsung cari arang hahaha...

Arang berhasil kita temukan tapi kita harus minta izin boss meletakan arang di kantor. But you know what, si Boss saat itu juga langsung menghubungi dia bahwa dia bau dan teman-teman merasa terganggu. Dia beralasan itu bau baju, katanya.. entah kenapa wlo baju sudah dicuci tapi tetap bau. But seriously lah- kita bisa bedakan bau baju dan bau badan. Sampai konyolnya, teman saya berasumsi ... mungkin bahan baju dari negara X bau kali yaa... hahaha... ini guys, klo kamu pergi ke negara orang dan kamu melakukan kesalahan, negara pasti dibawa-bawa. Iya, kamu adalah perwakilan negara kamu. Begitu kurang lebih.

Ok fine- dia berjanji akan ganti baju. Boss sampai menawarkan mau membelikan baju, obat atau deodoran kalau dia membutuhkannya. Haha.. sebegitunya yaaa~

Naah, lalu apa pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini? Please guys, jangan malas mandi dan pakailah wewangian. Jangan sok kepedean 'gue mah ga mandi juga ga bau kok' atau 'ah, bajunya baru dua kali pake jadi masih belum bau. masih bisa dipake' atau blablabla.. Pikirkan hajat hidup orang lain di sekitar kamu *tsaaahh... 

Jadi keingetan, jaman SMP dulu juga saya pernah mengalamin hal serupa. Teman saya, yang duduk persis di belakang saya memiliki masalah dengan bau sepatu nya yang seriusan- bikin ga konsen belajar. Bau nya masih terekam jelas dalam ingatan saya sampai saat ini - parah kaann! Iya, teman saya sepertinya malas cuci sepatu, dekilnya luar biasa. 

Anyway, satu lagi - kalau ada yang bingung beli parfum, tanya teman atau tukang parfum, karena mereka yang mencium wangi itu, bukan hanya kamu. Dan dia, parfumnya wangi rempah-rempah. Pake parfum salah- ga pake parfum juga salah.

Oh.. kita lihat apakah ada perubahan besok.
Ayo periksa aroma tubuh kita! Jangan sampai mengganggu orang~

Sekian.
Seoul 22 April 2018   01.52 PM

20 April 2018

Tanya-tanya KGSP

Dear para pembaca blog saya yang budiman,
Baik yang sengaja mampir, ataupun yang tidak sengaja mampir ^^
Dimohon untuk tidak bertanya KGSP di tulisan yang bukan tentang KGSP ya.
Maaf, kurang pas aja rasanya.

Jadi, kalau mau bertanya KGSP silahkan di tulisan tentang KGSP.
Tulisannya ada di tahun 2015 bulan Feb kalau tidak salah.
Beberapa hari lalu saya masih bales-balesin pertanyaan yang memang penting.
Pertanyaan yang jawabannya bisa di googling ga saya jawab ya ^^ biar pada usaha cari jawaban hehehe ^^

Atau silahkan ke email saya klo mau bertanya KGSP.
"Emailnya apa kak?"
Silahkan berusaha mencari ^^ Good Luck!

Terima kasih.

15 April 2018

Kisah Calon Jurnalis

Udah lama banget ga nulis disini, masih ada yang sering mampir kah? hihih..
Kemaren saya melihat seorang teman saya mengenakan seragam kerjanya, ia seorang jurnalis. Terlihat keren dengan seragamnya. Dan beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan teman tentang rencana ia kedepan, yang akan menjadi rencana kami bersama jika Allah mengizinkan.

Semua cerita itu mengingatkan saya pada masa lalu. Tentang cita-cita saya yang ingin menjadi jurnalis. Demi mendapatkan itu, saya mulai menulis dan ikut sekolah jurnalistik di Bandung. Alhamdulillah sampai lulus, di saat beberapa teman berguguran. 

Singkat cerita luluslah saya dari bangku perkuliahan jenjang S1. Pulang kampung ke Cirebon dan memulai lembaran baru, meninggalkan cerita duka di Bandung dulu *tsaaah* Perjalanan saya mulai dari melamar menjadi jurnalis di salah satu kantor media paling besar dan terkenal di Cirebon. Kalau boleh pede, hasil test dan wawancara saya meninggalkan kesan sangat baik untuk mereka. Saya tau dari perlakuan mereka dan kata-kata mereka saat itu. Iya, mereka adalah para 'pejabat' di media itu. Tibalah waktunya magang: diberi tugas mencari berita, wawancara sana-sini. Seru! Bertemu dengan banyak orang baru yang tidak dikenal dengan ceritanya. Paling sedih kalau bertemu mereka yang curhat tentang keluh kesahnya mencari nafkah. Paling seru kalau harus jalan-jalan cari info tongkrongan kece. Paling heboh waktu wawancara komunitas, kayak komunitas KPOP. Dan paling miris kalo harus nongkrong di tempat yang sering terjadi kecelakaan demi sebuah berita dan hasil jepretan yang layak. Ingat benar ketika bertugas berdua dengan teman di pengkolan Grage Mall, tempat dimana orang naik motor sering terpeleset karena pasir yang berserakan akibat pembangunan salah satu gedung. Disitu saya diminta untuk tidak menolong (teman saya yang menolong) dan saya yang bertugas mengambil gambar. Ketika rasa kemanusiaan harus disembunyikan. Satu lagi, yang paling Astaghfirullah adalah ketika menerima amplop selepas wawancara orang hebat di Cirebon. 

Satu, dua, dan tiga hari masih seru. Hari keempat saya mulai mempertanyakan, berapa upah yang saya terima dengan keluar seharian, beli batu batre buat kamera saya sendiri (demi berita yang aduhai), makan siang, ongkos parkir, belum lagi begadang nulis berita. Lalu saya bertanya sama teman-teman yang juga statusnya magang. Satupun tidak ada yang tau. Aduhai kesal rasanya saat itu. Langsung saya menemui HRD. Tidak ada kejelasan, lalu saya kembalikan surat sakti jurnalis saya (yang waktu itu mereka kasih. Iya, dibilang sakti karena kamu bakal bebas ngapain aja. Bebas dari tilang dll wkwkwk). Hebohlah. Seorang anak magang mengembalikan surat sakti dan menuntut upah. Hahaha.. mungkin itu headline yang tepat klo harus diterbitkan di koran. Saya pulang. Mogok cari berita. Dan hari itu juga, pemimpin redaksi menelpon saya yang sedang nyelonjor di rumah. Saya disuruh datang besok ke kantor dan akan ada rapat dengan HRD. 


Eng-Ing-Eng... rapat HRD dimulai. Semua anak magang yang jumlahnya sekitar 10 orang (atau kurang, saya lupa) dikumpulkan. Masuklah orang HRD dan kata-kata yang saya ingat adalah ... "selama ... tahun, baru kali ini ada anak magang berani nanya upah." (Saya lupa berapa angka tahunnya, tapi yang pasti lamaa banget sumpah haha..) Saya udah siapin 'senjata' saat itu, berupa pasal-pasal hak pekerja termasuk anak magang. Di akhir rapat, si ibu HRD nan menyebalkan itu bilang, siapa yang mau lanjut silahkan, siapa yang mau berhenti silahkan angkat tangan. Dan saya satu-satunya orang yang angkat tangan pertanda mundur dari pekerjaan yang menguras tenaga dan duit saya. Teman-tema kaget. Rasanya saya dulu mau bilang ke mereka "please jangan bego. mau aja keliling-keliling kota buat cari berita tanpa upah."


Setelah itu, teman-teman kembali melanjutkan perjuangan cari berita. Saya dipanggil PemRed. Intinya mereka ingin saya bertahan dengan cara menunjukan selembar kertas gaji karyawan disana yang entah sudah berapa lama mereka bekerja. Saya uraikan, saya mencari berita dengan kamera saya sendiri dengan batre yang saya beli sendiri seharga 19.500, makan siang saya 10.000, bensin motor saya 10.000 dan uang parkir. Kata-kata yang pedas yang saya keluarkan saat itu adalah "saya cari penghasilan, bukan cari pengalaman." *tsaaah* Iya, dulu saya udah ancang-ancang banget, waktu kuliah saya kerja ini-itu buat cari pengalaman, dibayar dibawah rata-rata gpp, tapi setelah lulus saya cari uang karena pengalaman sudah saya kumpulkan. 

Keluar dari media itu, saya masuk media lain yang baru memulai ingin terbang. Begitu masuk tahap wawancara saya memperkenalkan diri saya. Dan si pewawancara langsung menyambut "oh, kamu yang nuntut upah itu ya." Hahaha... ketawa saya. Beliau bilang, karena sama-sama bekerja di media berita saya cepat menyebar di kalangan mereka. 


Oia, lupa saya ceritakan.. waktu rapat HRD itu. Si ibu HRD bawa contoh koran (ketauan deh). Ibu bilang klo berita kecil kayak di kolom ini di bayar 4.000, klo di kolom ini 6.000, dan headline 8.000 (seingat saya seperti itu, pokoknya dibawah 15.000). Klo berita ga naik? ya udah lah yaaa wwkwkw..
Mohon ampun saya saat itu sama Allah karena ngambil amplop wawancara yang dibagi dua dengan teman. Saya niatkan ini untuk batre, bensin dan uang makan. Ampun Ya Allah. Dulu uang amplopnya 300.000 dan teman saya wanti-wanti "jangan bilang siapa-siapa. Cuma kita berdua yang tau."


Itulah, sepenggal kisah penuh dilema ketika menjadi calon jurnalis. Ada yang dicinta tapi ada yang dibenci. Tentunya tidak semua perusahaan atau kantor media kebijakannya seperti ini ya. Dan tidak semua nasib calon jurnalis seperti saya. But please guys, jangan mau jadi budak. 


Singkat cerita, saya ga jadi kerja di kantor kedua karena memilih untuk melanjutkan kuliah di Jogja. Btw, kantor kedua dulu bayarannya lebih oke wlo masih miris. Iya, 20.000 per hari. Dan yang bikin emejing, setelah beberap bulan saya kuliah - pemred kantor kedua menelpon saya dan meminta selepas lulus saya bekerja disana, atau main-main ke kantor kalau mudik. 


Baiklah. Untuk kalian semua- selamat mencari nafkah halal. (cucian udah mau kelar nih)
Bye! hahaha

Seoul 15.04.18   11.32 AM

11 Januari 2018

Paham (?)

Akhir-akhir ini sedang banyak bertemu orang yang mengajak berdiskusi tentang pernikahan. Kadang ingin mendebat, tapi itu salah. Ada hati yang harus dilindungi, karena setiap kita punya paham. 

Sempat bertanya dengan mereka yang memilih untuk tidak menikah... ada gemas, ada sebal, ada kesal. Tapi begitulah, setiap mereka punya paham yang mereka bilang tak salah.

Entahlah, aku melihatnya sebagai sebuah kelemahan dan ketakutan. Lemah menghadapi nanti, dan takut menghadapi esok.


Seoul 11.33 PM 11.01.18
Namu Cafe

Plak!

Ingin rasanya menghampiri sepasang muda-mudi di ujung sana. Mereka bercumbu tanpa peduli sekeliling. Ini cafe. Dan mereka tepat berada di depanku. Mereka tepat dikelilingi kursi lain yang tidak kosong. 

Bolehkah aku menghampiri mereka? Kemudian berteriak : hentikan! 
"Plak!"
Kemudian aku terbangun. 


Seoul 11.01.18   11.27 PM 
Namu Cafe

Aku tau rasanya

'aku tau rasanya'
rasa apa yang kau tau?
'perih itu.'
seberapa perih yang kau rasa?
'sama seperti yang kau rasakan'
perihku? perih yang bagaimana?
'perih yang membuatmu ingin berlari'
ternyata kamu belum tau perih ini. pergilah. Jangan menambah perih.


Seoul 11.17 PM
Namu Cafe